Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Sulit Mendapat Keadilan, Begini Potret Korban Kekerasan Seksual dalam Karya Sinematografi

Redaksi
×

Sulit Mendapat Keadilan, Begini Potret Korban Kekerasan Seksual dalam Karya Sinematografi

Sebarkan artikel ini

Keesokan harinya, ia kehilangan beasiswanya dan diusir keluarganya lantaran swafoto mabuknya beredar. Sur melihat ada kejanggalan dari kejadian ini dan meminta bantuan teman kecilnya yang bekerja sebagai tukang fotokopi.

Menurut Wregas, “Penyalin Cahaya” merupakan potret kehidupan penyintas kekerasan seksual yang suaranya terus dibungkam. Mereka kerap tidak mendapatkan keadilan dan memendam kisahnya lantaran orang – orang di sekitarnya tidak memberi dukungan. Tak sedikit penyintas kekerasan seksual mendapat cibiran dan cemooh dari masyarakat, padahal itu bukan kondisi yang ia inginkan.

Dalam pembuatan film ini, Wregas melibatkan sejumlah aktivis anti – kekerasan seksual di antaranya adalah Hannah Al Rashid, aktris Indonesia yang juga pernah mengalami pelecehan seksual.

2. 24 Steps of May

Film garapan Ravi Bharwani ini pernah masuk nominasi dalam Festival Film Tempo 2018 dan FFI 2019. Bercerita tentang May, siswi SMP yang menjadi korban kekerasan seksual di era 90 – an.

Awalnya May adalah gadis yang sangat ceria, tapi setelah kejadian itu ia menjadi pendiam. Bertahun – tahun, ia mengalami trauma psikis dan tak berani keluar rumah sama sekali. May bahkan selalu berpakaian dan konsumsi makanan serba putih. Makanan itu juga rasanya hambar.

May hanya tinggal bersama ayahnya yang diperankan Lukman Sardi. Setiap kali melihat anaknya menunjukkan trauma, ia sangat merasa terpukul. Tak hanya May, ayahnya juga hidup dalam kondisi trauma berat.

3. Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak

Film ini rilis pada 24 Mei 2017 dan didistribusikan ke 18 negara, termasuk di antaranya Amerika Serikat, Kanada, negera-negara Eropa dan Asia Tenggara. Film yang disutradarai Mouly Surya ini telah banyak mendapat penghargaan baik dalam dalam maupun luar negeri.

Dalam film ini menceritakan kehidupan seorang janda bernama Marlina yang tinggal di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Suatu hari, rumahnya didatangi sekawanan tujuh perampok. Tak hanya mengancam nyawa dan harta, tapi juga kehormatan Marlina.

Di depan mayat suaminya yang terbungkus kain wastra, Marlina diperkosa. Karena geram, Marlina membunuh seluruh perampok dan membawa potongan kepala ketua perampok itu ke kantor polisi.

Film ini menggambarkan kondisi kasus kekerasan seksual di Indonesia yang seringkali tidak mendapat tanggapan serius dari pihak berwajib.

4. Asa

Film ini merupakan persembahan karya Rifka Annisa yang terilhami dengan kisah nyata penyintas kekerasan seksual, khususnya pada anak-anak dan remaja.

Bercerita tentang Shinta, pelajar sekolah menengah atas yang menjadi korban kekerasan seksual oleh laki-laki yang baru dikenalnya di media sosial.