BARISAN.CO – Definisi keserakahan adalah keinginan ekstrim atau berlebihan terhadap sumber daya terutama untuk properti, seperti uang, real estate, atau simbol kekayaan lainnya. Pada umumnya, keserakahan merugikan orang lain dan masyarakat.
Seperti diketahui, segala sesuatu yang berlebihan itu berbahaya. Contoh sederhananya, makan berlebihan akan membuat sakit perut.
Anehnya, beberapa orang kaya masih juga serakah. Mereka menimbun harta benda dan berhasrat melipatgandakannya.
Contohnya saja, pengusaha korup, Surya Darmadi. Kejaksaan Agus Republik Indonesia (Kejagung RI) menetapkan Surya Darmadi dan mantan Bupati Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) periode 1999-2008, Raja Thamsir Rahman sebagai tersangka dugaan korupsi.
Kerugian negara akibat korupsi tersebut sebanyak Rp78 triliun. Nilai korupsi tersebut menjadi rekor korupsi terbesar saat ini.
Padahal, di tahun 2018, Surya Darmadi sempat masuk urutan ke-28 orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Saat itu, jumlah kekayaannya mencapai US$45 miliar. Ini tak lepas berkat perusahaan miliknya, yakni PT Duta Palma Group atau Darmex Agro Group.
Dan, ini mengingatkan kita tentang kalimat dari penulis fiksi kriminal, Andrew Vachss. Dia pernah berkata, “Mencuri untuk makan bukan tindakan kriminal – mencuri untuk menjadi kaya baru tindakan kriminal.” Tindakan seperti itu tentu saja tidak etis.
Alasan Orang Kaya Itu Serakah
Survei Pew pada tahun 2012 menemukan, 55 persen responden memandang orang kaya lebih cenderung serakah dan tidak jujur.
Go Banking Rates mengungkapkan, semakin banyak uang yang dimiliki, semakin banyak keinginan. Inflasi gaya hidup berkontribusi didalamnya. Sebagian besar pendapatan, semakin besar juga pengeluarannya karena mereka lebih sering membeli barang dengan harga yang lebih mahal.
Terbiasa dengan gaya hidup ini membuat kemampuan mereka berkurang, meski kekayaannya meningkat. Pada akhirnya, seperti yang disampaikan oleh psikolog Leon F. Seltzer, mengejar kekayaan menjadi candu bagi orang kaya.
Selain itu, semakin banyak uang yang dimiliki, semakin orang menjadi tidak etis. Sebuah penelitian yang diterbitkan di Proceedings of Scieces of the United States of America menyatakan, individu kelas atas berperilaku lebih tidak etis daripada kelas bawah.
Dalam banyak kasus, kekuatan uang memang merusak batas. Dengan uang, orang kaya kemungkinan menabrak aturan.
Martin Hulburt, managing partner di T.M. Wealth Management menyampaikan, keserakahan itu buruk jika memotivasi seseorang berbohong, menipu, atau mencuri.
Profesor Klinis Terkemuka Pengembangan Kepemimpinan & Perubahan Organisasi di INSEAD, Manfred F.R. Kets de Vries menyampaikan, perilaku serakah sering disamakan dengan penyalahgunaan narkoba. Karena, narkoba dan harta benda tidak pernah memberikan kenyamanan dan kepastian yang banyak orang dambakan. Sebaliknya, semakin manusia serakah, semakin mereka maju menuju kehancuran.
Sayangnya, kita jarang bertanya pada diri sendiri, ” Mengapa saya begitu panik mengejar kekayaan?”
Keserakahan yang tidak terkendali dapat menghancurkan jiwa manusia. Ibarat kanker menyebar ke seluruh tubuhnya.
Orang serakah dikaitkan dengan stres, kelelahan, kecemasan, depresi, dan putus asa. Tidak mudah menjelaskan kerugian akibat keserakahan berlebihan.
Masih ada kehendak bebas. Kita semua memiliki pilihan. Merasa cukup atau merasa kurang di saat harta berlebih.
Perlu adanya ketekunan, kesabaran, kerendahan hati, keberanian, dan komitmen untuk mengatasinya. Namun, investasi jangka panjang ini dapat menjadi penangkal ampuh untk keserakahan dan bentuk-bentuk kecanduan lainnya. [rif]