Demikian tampak jelas sifat-sifat Allah pada tiap-tiap sesuatu di alam ini, yang semua isi alam ini sebagai bukti kekuasaan Allah Swt. Kebesaran, keindahan, kebijaksanaan dan kesempurnaan dzat Allah Swt yang tidak menyerupai sesuatu apapun dari makhluknya.
Sehingga bila masih ada manusia yang tidak mengenal Allah (tidak melihat Allah). Maka benar-benar ia telah silau oleh cahaya yang sangat terang, dan telah terhijab dari nur ma’rifat oleh awan tebal yang berupa alam sekitarnya.
Dalam maqolahnya Ibnu Athaillah selanjutnya menyampaikan
يا عجبا كيفَ يظهرُالوجودُفى العدمِ ، ام كيفَ يَثبُتُ الحادثُ معَ من لهُ وَصفُ القِدَمِ
“Sungguh sangat ajaib, bagaimana tampak wujud dalam ketiadaan, atau bagaimana dapat bertahan sesuatu yang hancur itu, di samping dzat yang bersifat qidam.”
Yakni, sesuatu yang hakikatnya tidak ada bagaimana dapat tampak ada wujudnya. Hakikat ‘adam (tidak ada) itu gelap, sedangkan wujud itu bagaikan cahaya terang. Demikian pula bathil dan haq. Bathil itu harus rusak dan binasa, sedangkan yang haq itulah yang harus tetap kuat bertahan.
Kata kayfa yang jumlahnya ada sepuluh, semua isim Istifham, tapi yang dimaksudkan menggunakkan arti ta’ajjub (heran),dan arti menafikan (tidak mungkin). Ta’ajjub itu karena syuhudnya kepada Allah, jika hamba sudah syuhud kepada Allah semua wujud selain Allah itu hilang dari pandangan mata hatinya, semua selain Allah itu sama sekali tidak ada wujudnya.