Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Tarawih Sebagai Sarana Mencapai Derajat Takwa

Redaksi
×

Tarawih Sebagai Sarana Mencapai Derajat Takwa

Sebarkan artikel ini

Keesokan  harinya  Nabi SAW pun  menjelaskan  perihal  keudzurannya dengan  sabda: “aku  telah  mengetahui  apa  yang  telah  kalian  perbuat (berkumpul  semalam),  maka  tidaklah  menghalangiku  keluar  kepada kalian (ke  masjid) kecuali  ketakutanku akan  diwajibkannya (shalat tarawih) kepada kalian”.

Sejak saat itu, sampai Nabi SAW wafat bahkan sampai pada masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq RA (w. 13 H) dan awal masa Khalifah Umar  bin  al-Khattab  RA  (w.  23  H),  tidak  ada  yang  melakukan  shalat tarawih berjamaah di masjid10, shalat tarawih dilaksanakan di rumah secara  sendiri-sendiri11. Barulah  pada  masa  Khalifah  Umar  RA,  para kaum muslimin dikumpulkan menjadi satu dalam shalat tarawih pada satu imam yaitu Ubay bin Ka’ab RA (w. 19 H).12

Berkumpulnya  kaum  muslimin  dalam  melaksanakan  shalat tarawih  pada  satu  imam  yang  digagas  oleh  Umar  RA  (w.  23  H)berlangsung hingga saat ini dengan ragam jumlah rakaatnya. Ada yang 20 rakaat, ada yang 10 rakaat ada yang 8 rakaat dan mungkin ada yang selain  tiga  ragam  tersebut.  Lantas  manakah  yang benar  di  antara ragam-ragam tersebut?

Semua  ragam  yang  disebutkan  adalah  benar,  berlandaskan hadis shahih yang diriwayatkan imam Bukhari (w. 256 H), Nabi SAW bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Siapa yang melaksanakan qiyam Ramadhan (tarawih) karena beriman  dan  mengharap  pahala  dari  Allah,  maka  diampuni  dosanya yang telah lalu”.

Dalam  hadis  ini,  Nabi SAW tidak  membatasi  jumlah  rakaat shalat qiyam  Ramadhan atau  tarawih. Imam  as-Suyuthi  (w.  911  H) pun menegaskan bahwa hadis-hadis yang memiliki derajat shahih dan hasan yang sah untuk dijadikan dalil melaksanakan shalat tarawih dan kesunnahannya, tidak ada yang mengkhususkan jumlah rakaat shalat tarawih dalam  artian  tidak ada  batasan  rakaat –berlandaskan  hadis, shahih dan hasan– dalam melaksanakan shalat tarawih, harus sekian rakat  atau  sekian. Jadi,  baik  8  rakaat,  10  rakaat  atau  20  rakaat semuanya benar.

Adapun  waktu  untuk  melaksanakan  shalat  tarawih  dimulai setelah melaksanakan shalat  isya’ dan  berakhir  waktunya  pada  saat terbit fajar atau masuknya waktu shalat subuh.