Scroll untuk baca artikel
Analisis Awalil Rizky

Tumbuh 7% Pada Triwulan Dua, Akan Sulit Mencapai 4% Pada Tahun 2021

Redaksi
×

Tumbuh 7% Pada Triwulan Dua, Akan Sulit Mencapai 4% Pada Tahun 2021

Sebarkan artikel ini

Jika dilihat secara semesteran atau selama dua triwulan, pemulihan ketiga sektor tersebut belum tampak signifikan. Pertumbuhannya sebagai berikut: Transportasi dan Pergudangan (2,72%) dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (5,35%), serta Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (3,92%).

Pembatasan pergerakan sosial yang kembali harus dilakukan pada triwulan III-2021 kemungkinan besar akan berdampak lagi. Harapannya, pandemi akan lebih teratasi sehingga pada triwulan IV-2021 akan bisa tumbuh kembali.  

Industri Pengolahan juga dilaporkan mengalami pertumbuhan sebesar 6,58% pada triwulan II-2021. Sedangkan secara semesteran hanya 2,46%. Laporan tentang prakiraan aktivitas sektor industri menyebut adanya pelemahan pada triwulan III-2021. Antara lain dari Prompt Manufactruring Index (PMI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan beberapa lembaga lainnya.

Dua sektor yang dilaporkan tumbuh cukup tinggi pada triwulan II-2021 adalah yang sebelumnya memang saat pandemi tumbuh lebih dari biasanya. Yaitu: Informasi dan Komunikasi, serta Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Secara statistik, tidak bisa diharapkan untuk menyumbang lebih besar lagi.

Sedangkan sektor-sektor lain memang berhasil tumbuh pada triwulan II-2021, tetapi secara semesteran belum signifikan. Prospeknya masih tidak bisa dipastikan. Kemungkinan hanya tumbuh di bawah laju biasanya, meski tidak mengalami kontraksi lagi.

Pertumbuhan ekonomi atau PDB disajikan pula dari sisi pengeluaran atau penggunaan. Komponen pertumbuhan tertinggi pada triwulan II-2021 terjadi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa (31,78%). Untuk menghitung lebih tepat tentang faktor ini, perlu dikurangi dengan komponen Impor Barang dan Jasa yang juga tumbuh signifikan (31,22%).

Bagaimanapun, secara neto pada triwulan II-2021 dan semester I-2021, terjadi peningkatan. Bisa dikatakan komponen ini telah tumbuh atau memberi kontribusi pada pemulihan ekonomi ekonomi secara keseluruhan. Satu semester ke depan masih bisa diharapkan dengan prediksi pemulihan di beberapa negara, yang secara tradisional merupakan tujuan ekspor Indonesia.

Komponen pengeluaran konsumsi pemerintah termasuk yang tumbuh signifikan. Mencapai 8,06% pada triwulan II-2021 dan sebesar 5,49% pada semester I-2021. Pemerintah memang telah menambah pengeluaran konsumsinya terkait penanganan pandemi dan program pemulihan ekonomi.

Ke depan, Pemerintah makin terkendala dengan sumber dana untuk menambah belanjanya lagi. Pendapatan hanya naik sedikit, dan sumber untuk berutang pun sudah tidak mudah diperoleh lagi. Pemerintah pusat masih harus berhati-hati dengan defisit yang bisa membengkak. APBN 2021 merencanakan defisit yang lebih rendah dari tahun 2020. Hal itu terkait, sudah harus kembali ke batasan defisit sebesar 3% dari PDB pada tahun 2023.

Sedangkan pemerintah daerah masih cukup bergantung pada dana transfer dari pusat. Bank Indonesia yang termasuk subkomponen pemerintah dalam perhitungan PDB hanya akan konsumsi seperti biasanya.  

Komponen konsumsi rumah tangga yang memiliki porsi terbesar pada PDB dilihat dari pengeluaran, dilaporkan meningkat 5,93% pada triwulan II-2021. Namun, hanya sebesar 1,72% dilihat selama satu semester I-2021.    

Oleh karena porsinya yang sekitar 57% dari PDB, maka sumbangannya atas pertumbuhan ekonomi pun terbesar pada triwulan II-2021. Mencapai 3,17% dari pertumbuhan 7,07%.

Kondisi demikian memberi gambaran pula apa yang akan terjadi jika pada dua triwulan ke depan, laju pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi tertahan. Apalagi jika kontraksi, seperti yang sempat dialami pada triwulan I-2021 dan secara tahunan pada tahun 2020.