Adab seorang penceramah bukan hanya soal menyampaikan pesan, tetapi juga bagaimana menjadi cerminan dari nilai-nilai yang disampaikan
BARISAN.CO – Menjadi seorang penceramah bukanlah tugas yang ringan. Sebagai penyampai pesan kebaikan, adab penceramah tidak hanya bertanggung jawab atas isi pesan yang disampaikan, tetapi juga cara menyampaikannya.
Sebuah pesan yang benar pun bisa kehilangan maknanya jika disampaikan dengan cara yang kurang tepat.
Oleh karena itu, penceramah memegang amanah besar untuk tidak hanya berdakwah, tetapi juga menjadi teladan yang baik bagi jamaah.
Terdapat tiga adab utama yang seharusnya dimiliki seorang penceramah agar pesan yang disampaikan dapat menyentuh hati dan membawa perubahan positif bagi pendengarnya.
1. Memberi Keteladanan yang Baik
Adab pertama yang harus dimiliki seorang penceramah adalah memberi keteladanan yang baik. Seorang penceramah bukan hanya penyampai pesan, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai yang ia sampaikan.
Sikap, tutur kata, dan perilaku penceramah harus mencerminkan akhlak yang mulia. Allah telah menunjukkan kepada umat manusia teladan terbaik dalam diri Rasulullah SAW.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa keteladanan adalah inti dari dakwah. Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang jujur, penuh kasih sayang, dan rendah hati.
Inilah yang membuat pesan-pesan beliau diterima dengan baik oleh para sahabat dan masyarakat saat itu.
Bagi seorang penceramah, akhlak yang baik lebih dari sekadar tuntutan. Ini adalah bentuk dakwah yang hidup.
Keteladanan dalam perbuatan akan berbicara lebih kuat daripada kata-kata, dan inilah yang akan meninggalkan kesan mendalam di hati jamaah.
2. Menyesuaikan dengan Kondisi Jamaah
Adab kedua adalah menyesuaikan penyampaian dengan kondisi jamaah. Setiap jamaah memiliki tingkat pemahaman, kebutuhan, dan situasi emosional yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, penceramah harus bijak dalam menyampaikan pesan agar dapat diterima dengan baik dan tidak memberatkan pendengar.
Rasulullah Saw memberikan panduan yang sangat relevan dalam hal ini. Beliau bersabda:
حَدِّثُوا النَّاسَ، بما يَعْرِفُونَ أتُحِبُّونَ أنْ يُكَذَّبَ
“Bicaralah kepada manusia sesuai dengan apa yang mereka pahami.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menegaskan pentingnya memahami audiens sebelum menyampaikan pesan. Penceramah yang baik adalah mereka yang mampu membaca suasana, memahami latar belakang jamaah, dan menyampaikan pesan dengan cara yang sesuai.
Misalnya, ketika berbicara kepada anak-anak, gunakan bahasa yang sederhana dan penuh kehangatan.
Namun, jika audiensnya adalah kaum intelektual, penceramah bisa menyampaikan pesan dengan lebih mendalam dan disertai argumentasi logis.
Ketika pesan disampaikan sesuai dengan kapasitas pendengar, hal ini tidak hanya mempermudah pemahaman tetapi juga membuat jamaah merasa dihargai.
3. Berbicara dengan Lemah Lembut dan Hikmah
Adab ketiga adalah berbicara dengan lemah lembut dan hikmah. Dalam berdakwah, penggunaan kata-kata yang sopan, penuh kebijaksanaan, dan tidak menyakiti hati sangatlah penting.
Pesan yang disampaikan dengan nada keras atau kasar sering kali justru menutup hati pendengar, meskipun isi pesannya benar.
Allah SWT memberikan panduan dalam Al-Qur’an:
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
Artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125)
Ayat ini mengajarkan kita untuk berdakwah dengan pendekatan yang lembut dan penuh kasih sayang. Sikap ini sangat diperlukan, terutama ketika menghadapi jamaah yang mungkin memiliki pandangan atau kebiasaan yang berbeda.