Scroll untuk baca artikel
Opini

Ada yang Salah dari Sentilan Mahfud MD kepada Amien Rais? Ada

Redaksi
×

Ada yang Salah dari Sentilan Mahfud MD kepada Amien Rais? Ada

Sebarkan artikel ini

Dalam acara Indonesia Lawyers Club, Mahfud MD menyinggung Amien Rais kala menjadi ketua MPR tidak melakukan banyak hal dalam pemberantasan korupsi.

Mahfud menyatakan orang itu meskipun ideal sebelum memimpin, sesudah memimpin bisa dikatakan tidak bisa berbuat apa-apa. Hal ini seperti cerminan terhadap dirinya sendiri.

Saat terpilih menjadi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud berjanji akan menyelesaikan kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Kenyataannya, belum dilakukan.

Saat baru menjadi Menkopolhukam, tentu banyak harapan masyarakat termasuk keluarga korban kasus HAM dengan terpilihnya Mahfud MD akan memberikan kejelasan.

Harapan itupun masih menjadi harapan. Ya, kembali lagi kita sebagai manusia tidak boleh banyak berharap kepada manusia lainnya.

Mahfud sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Karena sebelumnya, ia menyatakan di era Jokowi tidak lagi ada pelanggaran HAM. Jangankan kasus HAM masa lalu, kasus baru pun tertutup matanya.

Salah satu catatan KONTRAS terkait HAM di 100 hari Jokowi-Maruf adanya upaya stigmatisasi kebebasan berekspresi. Stigma tersebut adalah anarko, komunis, makar, bahkan radikal.

Stigma itupun belum lama terjadi ketika aksi demo Omnibus Law. Belum lagi, tindakan represif yang dilakukan oleh aparat kepada massa. Bukan hanya itu saja, wartawan menjadi korban tindakan represif tersebut.

Belum lagi penggusuran yang terjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Nusa Tenggara Barat. Lahan yang dibebaskan akan digunakan untuk sirkuit moto GP.

Menurut seorang warga bernama Masrup (60) jika tanah miliknya seluas 1,6 hektar belum dibayar oleh pihak ITDC. Namun, Masrup tak dapat berbuat banyak karena area tersebut dijaga oleh banyak polisi.

Namun, perlu disorot maksud pernyataan Menkopolhukam tersebut. Ada dua kemungkinan. Pertama, refleks. Ia menyampaikan secara tidak sadar. Kedua, kesengajaan.

Pernyataan tersebut bisa menjadi hal terpendam yang sebenarnya ingin ia sampaikan namun tertahan karena masyarakat seringkali menanyakan hasil kerjanya. Sehingga ia memberikan pesan secara tersurat agar masyarakat memahami ketidakmampuannya juga saat ini. []