Menjelaskan persoalan ini, al-Kindi mencoba menjawab lewat teori tentang kebenaran. Menurutnya, kebenaran adalah persesuaian antara apa yang ada di dalam akal dan apa yang ada di luar akal.
Selanjutnya, bahwa di dalam alam ini terdapat pada benda-benda yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera. Benda-benda itu merupakan juz’iyat (particulars) dan yang terpenting dalam filsafat bukan yang juz’iyat dan tak terhingga banyaknya itu, melainkan yang terdapat dalam Juz’iyat itu, yaitu kulliyat (universal).
Selain itu, menurutnya bahwa tiap-tiap benda mempunyai dua hakikat, yaitu hakikat yang disebut anniyah, dan hakikat yang disebut kulli yang sebenarnya mahiah, yaitu hakikat yang bersifat universal yang mengambil bentuk genus dan species. (Abuddin Nata, 1993: 18)
Al-Kindi menyifati Tuhan dengan istilah-istilahbaru. Menurutnya Tuhan adalah yang benar dan tinggi serta dapat disifati dengan sebutan-sebutan negatif, seperti Tuhan bukan materi, tak berbentuk, tak berjumlah dan tak berhubungan.
Tuhan juga tak dapat disifati dengan ciri-ciri yang ada di alam. Tuhan tak berjenis, tak terbagi dan tak berkejadian. la abadi, oleh karena itu, la Maha Esa dan selain- Nya adalah terbilang.
Dalil-dalil al-Kindi dalam membahas tentang kemaujudan Tuhan bertumpu pada keyakinan akan hubungan sebab akibat segala sesuatu yang maujud pasti ada yang mewujudkan. Rangkaian sebab ini terbatas.
Oleh karena itu, perlu ada sebab pertama atau sebab sejati, yaitu tiada lain adalah Allah sendiri yang tak berjenis. Dengan kata lain, bahwa dalam pencariannya itu, al-Kindi mengikuti jalur ahli logika.
Penciptaan Alam
Al-Kindi dalam bukunya “Rasa’il al-Kindi al-Falsafiyah” menjelaskan alam dijadikan Allah dari tidak ada kepada ada. Allah juga yang mengendalikan, mengatur, dan menjadikannya sebagai sebab bagi yang lain.
Alam diciptakan Allah dari tiada. Menyanggah teori mengenai ke-qadim-an alam seperti yang dikatakan oleh Aristoteles. Menurut al-Kindi, alam ini terdapat berbagai gerak; gerak yang menjadikan dan yang merusak. Gerak ini ada empat sebabnya: sebab material, formal, pembuat dan tujuan. Sebab tersebut pada akhirnya bertemu pada ”Sebab Pertama” yang menyebabkan segala kejadian dan kemusnahan di alam ini, yakni Allah.
Al-Kindi berpandangan, alam terdiri dua bagian yakni alam yang terletak di bawah falak bulan dan alam yang merentang tinggi sejak dari falak bulan sampai ujung alam. Alam yang pertama ini terjadi dari empat unsur tersebut, dan karenanya mengalami perubahan, pertumbuhan dan kemusnahan.
Sedangkan alam jenis kedua adalah alam yang tidak bertumbuh dan tidak musnah, karena itu tidak terjadi dari unsur-unsur tersebut, sehingga bersifat abadi.