*******
Kalimat efektif dalam bahasa lisan maupun tulisan pada umumnya butuh pengunaan banyak kosa kata atau diksi. Pengayaan kosa kata dalam komunikasi dengan anak memiliki tambahan kegunaan. Akan membantu pengembangan pemikiran atau penalarannya.
Anak sebaiknya dikenalkan kosa kata yang beragam sejak dini. Tentu tetap menimbang aspek proses yang bersesuaian dengan usia dan kemampuan masing-masing anak. Pada prinsipnya, makin banyak kosa kata yang mereka ketahui, akan makin baik.
Menambah perbendaharaan kata anak bisa dilakukan dengan cara yang mudah dan sederhana. Antara lain orang tua rajin mengenalkan nama-nama benda yang tampak di sekitar. Baik ketika berada di rumah, perjalanan, maupun di lokasi lainnya. Kami sering menggunakan kesempatan menjawab pertanyaan mereka untuk mengenalkan kosa kata baru.
Sarana pengembangan kosa kata yang sangat baik tentu saja berupa bahan atau buku bacaan anak. Hal itu perlu dilakukan jauh sebelum mereka bisa membaca, yaitu dengan cara dibacakan.
Teknik lain menambah perbendaharaan kata anak yang mudah dan menarik adalah mengenalkan sinonim atau kata-kata yang berarti sama. Tidak perlu ragu memakai kata yang kurang lazim dipakai dalam percakapan sehari-hari. Tentu saja sedapat mungkin orang tua memeriksanya sebagai kata yang dibenarkan oleh pedoman bahasa Indonesia.
Saya masih ingat beberapa contoh sinonim yang dikenalkan kepada anak-anak ketika mereka belum bisa membaca. Diantaranya: bercanda, bersenda gurau, bercengkrama; bertamu, berkunjung, bertandang; tempat tidur, ranjang, peraduan; kental, pekat; encer, cair; capek, lelah, letih.
Kebetulan, suami saya rajin dan senang mempraktikan pengenalan kosa kata yang beragam dalam perbincangan sehari-hari. Kadang, ada kosa kata yang bahkan saya sendiri baru mendengarnya.
*******
Banyak pengalaman menarik kami alami tentang dampak dari proses pengenalan kosa kata beragam ini. Aya saat masih kelas 2 SMP belajar membatik di sekolah, salah seorang kawan yang sudah lebih menguasai menjelaskan, “Untuk memanaskan malam, pakai api (kompor) sampai merah banget.” Aya berkomentar, “Ooo, sampai membara, ya?” Temannya tampak terperangah dengan pemakaian kosa kata itu yang jarang didengarnya.
Aya beberapa kali bercerita tentang seringnya pemilihan kata dia cukup mengejutkan kawannya. Dia memakai kata seperti signifikan, interpretasi, dan kata lain yang masih jarang dipakai di usia mereka.
Tentu saja dampak demikian bukan lah tujuan. Tidak baik juga jika orientasi mengenalkan kosa kata kepada anak agar tampak “keren”. Bahkan ada peristiwa yang terkesan lucu ketika teman Aya mengomentari dia kok berbincang formal sekali.