Scroll untuk baca artikel
Opini

Mohammad Natsir & Komitmennya di Jalur Konstitusi

Redaksi
×

Mohammad Natsir & Komitmennya di Jalur Konstitusi

Sebarkan artikel ini
Oleh: Zaenal Abidin Riam

Salah satu nama besar yang menghiasi pentas kenegaraan di masa awal kemerdekaan adalah Mohammad Natsir. Ia tokoh penting yang punya andil besar dalam pembentukan Indonesia sebagai negara kesatuan seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Melalui mosi integral yang digaungkan Mohammad Natsir, Indonesia yang awalnya berbentuk negara federal kembali ke dalam bentuk negara kesatuan.

Negara ini berutang besar terhadap mosi integral yang dipelopori oleh Mohammad Natsir. Di masa awal kemerdekaan, Mohammad Natsir merupakan tokoh bangsa dari golongan Islam yang paling terkemuka.

Sebagai seorang politisi, pandangan politik Mohammad Natsir sangat dipengaruhi oleh kerangka keislaman yang ia pahami. Mohammad Natsir juga memiliki wawasan nasionalisme yang sangat baik, bahkan sama baiknya dengan pemahaman keislaman yang ia miliki.

Mohammad Natsir merupakan tokoh yang memandang Islam dan nasionalisme dalam satu tarikan nafas. Pandangan ini pula yang menyebabkan Mohammad Natsir kukuh memperjuangkan aspirasi dan kepentingan umat Islam melalui jalur Konstitusi.

Mohammad Natsir tidak menyetujui perjuangan dengan cara inkonstitusional. Hal ini terlihat jelas saat Mohammad Natsir menegur Kartosuwiryo ketika pentolan DITII tersebut berniat mendirikan negara Islam dengan cara mengangkat senjata.

Bagi Mohammad Natsir, Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan pilihan yang sudah tepat. Selalu ada cara konstitusional bagi umat Islam untuk memperjuangkan kepentingan dan aspirasi politiknya.

Pemikiran Mohammad Natsir kental dengan corak modernisme Islam. Sebagai seorang modernis Islam, pembaharuan menjadi konsen Mohammad Natsir, perjuangan lewat jalur konstitusi merupakan bagian dari agenda pembaharuan itu sendiri.

Artinya berjuang dengan cara baru, bagi kelompok modernis Islam, negara dianggap sebagai ruang kosong yang bisa diisi dengan ragam pandangan, pintu masuknya lewat konstitusi, pandangan yang paling unggul yang akan mewarnai penyelenggaraan negara, oleh sebab itu bagi Mohammad Natsir memperjuangkan pandangan Islam melalui jalur konstitusi adalah sesuatu yang wajib.

Meskipun memiliki komitmen keislaman yang kuat, namun Mohammad Natsir tetap mampu bergaul dan bertukar pikiran, bahkan dalam titik tertentu bekerjasama dengan golongan lain yang berbeda secara ideologi dengan dirinya. Hal ini menandakan Mohammad Natsir merupakan pribadi yang sangat terbuka, bukan hanya dalam pikiran tetapi juga dalam sikap, di bagian ini Mohammad Natsir mampu menampilkan diri sebagai seorang negarawan.

Mohammad Natsir merupakan contoh ideal cendekiawan Muslim yang tidak lagi terjebak pada pro-kontra relasi antara Islam dan negara. Bagi Muhammad Natsir perdebatan tersebut telah rampung, Islam bisa diperjuangkan tanpa harus melenyapkan NKRI.

Justru Indonesia sebagai negara dibutuhkan untuk menjamin hak umat Islam yang tinggal di Indonesia. Di sini jelas terlihat komitmen keIndonesiaan yang kuat dari seorang Muhammad Natsir.

Politisi dan generasi Islam yang datang belakangan perlu belajar banyak dari sosok Muhammad Natsir, tentang bagaimana memperjuangkan kepentingan Islam tanpa kehilangan rasa keIndonesiaan, tentang bagaimana seharusnya seorang muslim tidak hanya sibuk mengutuk keadaan menyimpang dalam negara tetapi terjun langsung merubah penyimpangan tersebut, tentang bagaimana memperjuangkan aspirasi Islam di level negara tanpa pernah sedikitpun menghujat kelompok lain yang berbeda ideologi, bahkan mau bergaul dan bertukar pikiran dengan kelompok yang berbeda ideologi. Seharusnya new Muhammad Natsir bisa lahir di negeri ini.