Besarnya tekanan bukan semata karena bahan semacam itu, melainkan teman-teman satu pelatnas kebanyakan sudah berpengalaman. Telah pernah mengikuti pelatnas serupa tahun sebelumnya, dan telah naik kelas 3 SMA. Ira merasa lebih tertinggal terutama dalam hal pengetahuan awal tentang bahan pelajaran.
Beban lainnya berupa perolehan medali emas OSN tingkat SMA bidang Kimia yang baru diperoleh. Hasil pelatnas ini menjadi semacam pembuktian apakah benar-benar layak menerima medali emas. Pelatnas yang diselenggarakan beberapa tahap merupakan persaingan untuk memperoleh 4 kursi peserta mewakili Indonesia.
Dari 27 peserta Pelatnas tahap 1 hanya ada 2 anak perempuan. Kebetulan satu-satunya teman perempuan ini sangat pendiam. Padahal Ira pun biasanya malu dengan orang baru, cenderung tidak bicara jika tidak disapa lebih dulu. Akibatnya, hubungan antara keduanya tidak segera dekat.
Padahal, saya sangat faham bahwa Ira butuh teman berbincang untuk mengurangi stress atau tekanan yang dihadapinya. Saya menyadari bahwa dia sedang merasa sendirian, tidak ada teman berbagi. Teman sekolah di SMA asal pun sulit diajak berbincang tentang jenis tekanan ini.
Sejak berangkat sudah saya pesan agar menelpon jika ada masalah apapun, kecil maupun besar. Pembicaraan panjang lewat telpon antar kami menjadi hal rutin selama sebulan pelatnas itu. Dia menceritakan hampir semua keadaan dan masalah yang dihadapi, kadang sampai terisak. Ira pun mudah terpukul jika hasil tesnya kurang baik.
Biasanya saya mendengar sepenuh hati, menjawab jika dia bertanya, memberi masukan untuk sebagian masalahnya. Terutama sekali, saya selalu memberi semangat dan membesarkan hatinya. Tidak sedikitpun memberi target tambahan untuk lolos pelatnas. Saya selalau mengatakan “Yang penting Ira sudah berusaha. Tidak usah dipikirkan hasilnya. Terus saja berusaha dan berdoa. Mohon diberi pencerahan, kekuatan dan kemudahan.”
Dalam suasana yang cukup penuh tekanan itu Ira menjalani hari-hari Pelatnas tahap 1 sekitar sebulan. Dia berjuang, beruasaha keras membaca dan memahami buku pegangan wajib dari awal, mengejar ketertinggalannya. Ira kemudian lolos seleksi Pelatnas tahap selanjutnya.
Meski pada pelatnas tahap akhir hanya dia yang perempuan, Ira sudah cukup akrab dengan semua kawannya. Hasil beberapa tahap pelatnas pun telah meningkatkan kepercayaan dirinya dan tidak merasa tertinggal lagi. Tentu saja, saya masih setia mendengarkan keluh kesahnya via telpon.
Akhirnya, Ira lolos menjadi satu dari empat utusan Indonesia ke olimpiade internasional tingkat SMA bidang Kimia di Jepang pada tahun 2010. Di ajang itu, Ira berhasil menyumbang medali perak bagi tim Indonesia. [rif]