Scroll untuk baca artikel
Opini

Pandemi 2020

Redaksi
×

Pandemi 2020

Sebarkan artikel ini

Oleh: Yusdi Usman

Tak terasa, waktu berlalu dengan cepat. Tak terasa juga, kita sudah memasuki akhir tahun 2020. Padahal, belum lama kita berkutat dengan tantangan baru: pendemi covid-19. Ya, sebuah tantangan yang belum pernah kita hadapi, setidaknya setelah wabah besar flu spanyol tahun 1918, yang memakan korban hampir 100 juta jiwa.

Covid-19 yang berasal dari Wuhan, China ini, cepat menyebar ke seluruh dunia. Berbagai negara menerapkan pembatasan interaksi, yang dinamakan social distancing. Bahkan, dalam skala radikal, sejumlah negara menerapkan kebijakan pembatasan interaksi dan mobilitas sosial skala besar atau lockdown. Pemerintah Indonesia menggunakan pendekatan yang dinamakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB.

Pandemi covid-19 hadir begitu saja, meskipun ada juga yang mengatakan ini sebuah konspirasi. Namun yang jelas, pandemi ini telah meruntuhkan sendi-sendi ekonomi dunia, memporak-porandakan tatanan kapitalisme global dengan ekonomi neoliberalnya. Banyak perusahaan besar gulung tikar. Sementara usaha-usaha kecil mencoba bertahan hidup, meskipun banyak hilang tertelan gelombang.

Di negeri gemah ripah loh jinawi, pada awal covid-19 menyerang, ia direspon sebagai lelucon oleh elit-elit politiknya. Dianggap tidak ada, dan tak mungkin masuk ke Indonesia sebagai negara tropis. Akibatnya, lahirlah sikap abai, meremehkan, menyepelekan, dan berbagai sikap lucu lainnya. Sampai akhirnya, kita sadar bahwa pandemi ini sudah menyerang jantung pertahanan kita.

Sampai tulisan ini dibuat (28/12/2020), kasus positif covid-19 di Indonesia sudah mencapai angka 719.219 kasus. Pertambahan harian kasus positif mencapai angka antara 5.000 sampai 8.000 kasus. Berbagai media melaporkan bahwa banyak rumah sakit yang mulai kewalahan dalam menerima pasien positif covid-19 karena keterbatasan tempat dan ruang perawatan.

Pekan lalu, Presiden Jokowi menunjuk manteri kesehatan baru, yakni Budi Gunadi Sadikin, yang tidak mempunyai latar belakang kesehatan dan kedokteran. Banyak spekulasi menyebar bahwa penunjukan menteri kesehatan diluar pakem ini berkaitan dengan rencana pemerintah dalam proses vaksinasi covid-19. Vaksinasi covid-19 melibatkan dana besar dan tentu saja banyak pihak berkepentingan dengan proyek ini.

Bagi kita orang awam, tidak penting siapa pejabat publik yang ditunjuk itu. Yang penting adalah bagaimana kinerja pemerintah semakin membaik dalam penanganan covid-19, yang belum jelas kapan akan berakhir.

Kinerja pemerintah yang buruk dalam penyaluran bantuan sosial covid-19, berakhir dengan ditangkapnya Menteri Sosial asal PDIP, Juliari Peter Batubara. Semoga ini adalah kasus kejahatan korupsi terakhir yang melibatkan pejabat pemerintah setingkat menteri.

Kita berharap, dengan hadirnya menteri baru, bisa melahirkan terobosan baru dalam penanganan covid-19. Apalagi, tahun 2021 adalah tahun kedua pandemi ini bercokol di tengah-tengah kita.

Jika kinerja pemerintah biasa-biasa saja dalam penanganan pandemi, dan sikap serta prilaku masyarakat cenderung abai dalam menerapkan protokol kesehatan, maka bisa jadi, pandemi ini akan melemahkan kita sebagai bangsa. Semoga tidak!