Bukan cuma ganggu, tetapi berdasarkan penelitian terbaru, punya tetangga yang berisik bisa bikin sakit jantung.
BARISAN.CO – Dalam sebuah survei baru dari Rocket Mortgage terhadap 1.095 pemilik rumah berusia antara 26–76 tahun, sebanyak 78,7 persen pemilik rumah mengatakan, pernah mengalami setidaknya satu kebiasaan menjengkelkan dari tetangganya. Survei itu menunjukkan, hanya sekitar 19,8 persen pemilik rumah bereaksi atas gangguan dari tetangganya itu.
Ingin tahu apa sebenarnya yang membuat tetangga yang menyebalkan? Jawaban atas pertanyaan ini mungkin bergantung pada usia, lokasi, dan keinginan masing-masing pemilik rumah untuk interaksi sosial. Tetapi, 51,9 persen pemilik rumah setuju bahwa memiliki tetangga yang berisik atau gaduh (alias musik keras dan pesta keras) adalah kebiasaan paling menyebalkan yang dimiliki tetangga. Sementara, di urutan selanjutnya, jenis tetangga yang menyebalkan ialah pelecehan, gonggongan anjing, kurangnya privasi, dan halaman yang berantakan.
Tetangga yang berisik dan tidak pengertian bukan hanya masalah bagi telinga dan kualitas hidup seseorang, tetapi sebuah studi baru menemukan, mereka bahkan dapat menyebabkan penyakit jantung.
Mengutip Study Finds, para peneliti telah membuktikan secara ilmiah, suara bising tetangga lebih mengganggu daripada gangguan kebisingan lainnya. Selain itu, dampak suara tertentu dapat merugikan kesehatan manusia.
Namun, para peneliti menambahkan, suara dentuman orang di sekitar yang berjalan tanpa alas kaki bukan bagian dari faktor persyaratan teknis konstruksi bangunan. Akan tetapi, kaki yang menginjak sesuatu dan benda yang terjatuh ke lantai menjadi penyebab utama keluhan di banyak bangunan tempat tinggal multi unit.
Peneliti menjelaskan, suara tumbukan bersifat impulsif, terdiri dari satu atau beberapa suara berbeda yang berlangsung dalam durasi singkat.
Markus Mueller-Trapet dari National Research Council of Canada melakukan eksperimen suara dan menemukan, impulsif membuat suara bising tetangga menjadi lebih mengganggu daripada suara yang lebih umum dan terus-menerus seperti musik atau ucapan keras.
Dia mencatat, paparan jangka panjang terhadap suara yang tidak diinginkan ini berpotensi memicu masalah kardiovaskular dan gangguan tidur. Dengan meningkatnya kepadatan penduduk di daerah perkotaan selama beberapa dekade terakhir dan maraknya bekerja dari rumah selama pandemi, para peneliti yakin topik ini menjadi lebih relevan dari sebelumnya.
Untuk mendemonstrasikan dampak kebisingan, tim membuat situasi seperti ruang tamu dan merekam suara benda jatuh dan orang berjalan. Rekaman disajikan kepada peserta menggunakan berbagai teknik pemutaran dan realitas virtual.
Survei online ini juga telah disiapkan untuk melengkapi penyelidikan mereka, yang akan berlangsung dari 21 November 2022 hingga 31 Maret 2023. Tujuannya agar dapat membantu menciptakan lingkungan bangunan yang lebih layak huni dengan memberikan panduan kepada arsitek dan pengembang bangunan serta mengintegrasikan penemuan baru mereka dengan metrik yang ada.
DI tahun 2019, studi terhadap 4.000 orang dewasa di Denmark yang tinggal di perumahan bertingkat mengungkapkan, mereka yang merasa terganggu oleh kebisingan tetangga lebih cenderung mengalami masalah kesehatan, seperti sakit kepala, sulit tidur, depresi, dan kecemasan.
Jurnalis asal Inggris berkata, “Kamu mungkin berbicara tentang tirani Nero dan Tiberius; tetapi tirani yang sebenarnya adalah tirani tetangga sebelahmu”. Jika sebelumnya, kamu tipe tetangga yang berisik, mulai kini, berusahalah menjadi tetangga yang menyenangkan dan tidak tetanggamu.