Scroll untuk baca artikel
Opini

Tidak Menjaga Lisan Bisa Berujung Terawan

Redaksi
×

Tidak Menjaga Lisan Bisa Berujung Terawan

Sebarkan artikel ini
Oleh: Anatasia Wahyudi

Barisan.co – Seburuk-buruknya pemimpin ialah yang mudah menyalahkan dan menyakiti hati orang lain karena lisannya, tanpa berkaca lebih dahulu. Dan Menteri Terawan, belakangan ini, punya masalah dengan ucapan-ucapannya.

Kamis (27/8), dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengomentari terkait meningkatnya kasus Covid-19 termasuk juga tenaga medis yang ikut menjadi korban. Ia menilai bahwa hal tersebut terjadi lantaran kurang disiplinnya penegakan protokol kesehatan.

“Jadi kenapa masih terkena (Covid-19) ya pasti karena tidak disiplin, di situ celahnya,” kata Terawan.

Tenaga medis hingga kini masih berjuang. Lelah, pasti. Frustasi tidak mungkin dihindari. Apalagi jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat setiap hari. Lalu, ucapan Terawan yang seakan-akan menyalahkan tenaga medis seharusnya diralat. Terutama di saat pemerintah sendiri kurang disiplin serta tidak tegas dalam rangka mengurangi penyebaran virus ini.

Pemotongan Anggaran Kesehatan dengan Dalih Pemulihan Ekonomi

Rabu lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menjelaskan perihal revisi Perpres 82/2020 tentang Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional adanya pemotongan anggaran Kesehatan.

“Perpres sudah diputuskan dan segera diajukan kepada Bapak Presiden. Kemudian melakukan monitoring terhadap pelaksanaan anggaran dari pemulihan ekonomi dan tentunya juga diharapkan buka dilakukan optimalisasi terhadap pemulihan ekonomi, yaitu ada penyesuaian anggaran kesehatan dari Rp87,5 triliun menjadi Rp73 triliun,” ujar Airlangga dalam video konferensi.

Lagi, lagi ekonomi yang selalu menjadi dalih pemerintah disaat kemanusiaan serta Kesehatan masyarakatnya harus lebih diprioritaskan.

17 Pegawai Kementan Positif Corona

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sebelumnya pernah mempromosikan kalung eucalyptus yang digadang-gadang sebagai antivirus. Bahkan Kementan bulan lalu juga menyatakan siap untuk memproduksi massal kalung antivirus Corona yang diklaim mampu menangkal Virus Covid-19 pada Agustus ini.

Namun, beberapa hari lalu terdapat 17 orang pegawai yang diduga positif Covid-19. Namun, SYL membantahnya. Ia menyatakan jumlah tersebut merupakan akumulasi sejak 5 bulan lalu. Dari orang yang terpapar ada 7 di antaranya berlokasi di lantai yang sama.

Artinya klaim Mentan tentang kalung tersebut tidaklah valid. Bagaimana mungkin Kementerian yang sibuk mempromosikan kalung antivirus malah pegawainya terpapar virus?

Bagaimana Sikap Pemerintah Seharusnya?

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah saat ini seharusnya adalah memberikan motivasi. Sehingga seharusnya Terawan memberikan motivasi bukan lagi mencari pihak yang harus disalahkan. Tenaga medis berjam-jam menggunakan APD guna melindungi diri mereka agar tidak terpapar virus. Perlu diketahui juga bahwa tidak mungkin tenaga medis tidak memahami protokol kesehatan itu sendiri.

Kedua, gunakan bahasa yang masuk akal. Menurut Chaer (2010) bahasa yang nalar ialah bahasa logis, masuk akal, atau dapat diterima menurut logika. Bahasa nalar diucapkan melalui proses berpikir berdasarkan pengalaman nyata serta mampu dibuktikan dengan panca indera, sebab itulah bahasa yang dikomunikasikan dapat diterima oleh orang lain sebagai pesan ataupun informasi yang logis.

Sejak Maret kasus pertama di Indonesia ditemukan, pemerintah masih juga mengalami komunikasi krisis. Saran bagi pemerintah juga tunjukkan keprihatinan dan empati kepada tenaga medis yang kini menjadi korban di situasi saat ini.

Juga, etika diperlukan guna membangun kredibilitas. Prasyarat utama membangun kredibilitas ialah kejujuran. Jadi, mulailah untuk jujur mengakui situasi saat ini masih sangat sulit dan hargailah para tenaga medis yang masih terus berjuang.