Scroll untuk baca artikel
Pojok Bahasa & Filsafat

Tembang Dhandhanggula: Arti, Watak dan Contohnya

Redaksi
×

Tembang Dhandhanggula: Arti, Watak dan Contohnya

Sebarkan artikel ini

Artinya:
Nama raja sudah kembali baik,
Para prajurit dan punggawa bersujud semua,
Juga pada senang perintahnya,
Kerajaannya sudah ada,
Di Kediri yang satu,
Yang satunya di tanah Arab,
Aman zamannya,
Pada waktu itu dihitung telah,
Tahun seribu sembilan ratus,
Negaranya pecah.

5) Wus ndilalah kersaning Hyang Widhi,

Ratu Peranggi anulya prapta,
Wadya tambuh Wilangane,
Prawirane kalangkung,
Para ratu kalah ngajurit,
Tan ana kang nanggulang,
Tanah Jawa gempur,
Wus Jumeneng tanah Jawa,
Ratu Prenggibet budi kras anglangkungi,
Tetep neng tanah Jawa.
(Jaya Baya, Ramalan Musabar)

Artinya:
Sudah menjadi kehendak Allah,
Ratu Parenggi segera datang,
Pasukannya bilangannya bertambah,
Kekuatannya berlebih,
Para raja kalah berperang,
Tidak ada yang menghalangi,
Tanah Jawa digempur,
Sudah berdiri tanah Jawa,
Raja Prenggi menjadi raja sangat keras melebihi,
Tetap di Tanah Jawa.

6) Enengena Sang Nateng Parenggi,

Prabu ing Rumingkang ginupita,
Lagya siniwi wadyane,
Kya Patih munggweng ngayun,
Angandika Sri Narpati,
“Heh Patih ingsun myarsa,
Tanah Jawa iku,
Ing mangke ratune sima,
Iya perang klawan Ratu Parenggi,
Tan ana kang nanggulang”.
(Jaya Baya, Ramalan Musabar)

Artinya:
Kekananlah Sang Ratu Parenggi,
Prabu Rum yang dihadap,
Baru dihadap pasukannya,
Ki Patih mempunyai keinginan,
Berkatalah Sang Raja,
”Hai Patih saya mendengar,
Tanah Jawa itu
Nantinya rajanya sima,
Iya perang melawan Ratu Parenggi,
Tidak ada yang menghalangi.”

Sumber: senibudayaku.com, dikutip dari kasatmata.co