Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Ikhlas Menjadi Syarat Diterimanya Amal Ibadah

Redaksi
×

Ikhlas Menjadi Syarat Diterimanya Amal Ibadah

Sebarkan artikel ini

Ikhlas menjadi syarat diterimanya amalan ibadah yang semata-mata beribadah hanya untuk Allah Swt. Ikhlas adalah gerakan batin atau hatinya, dan amal adalah tubuhnya.

BARISAN.CO – Islam mengajarkan kepada umatnya, setiap amal perbuatan atau amal ibadah akan diterima jika dilakukan dengan ikhlas. Kesempurnaan amal ibadah ditandai dengan sikap ikhlas sesuai tuntunan Nabi Muhammad Saw dan semata-mata hanya untuk Allah Swt.

Ikhlas menjadi syarat diterimanya amal ibadah, jika seorang hamba memiliki sikap ikhlas ia akan mendapatkan ridha Allah Swt. Sebagaimana Allah Swt berfirman:

قُلْ أَمَرَ رَبِّى بِٱلْقِسْطِ ۖ وَأَقِيمُوا۟ وُجُوهَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَٱدْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ ۚ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ

Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”. Dan (katakanlah): “Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya).” (QS. Al-A’raf: 29).

 Rasulullah Saw bersabda:

إِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هَذِهِ الأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا : بِدَعْوَتِهِمْ وَ صَلاَتِهِمْ وَ إِخْلاَصِهِمْ

Sesungguhnya Allah menolong umat ini dengan orang-orang yang lemah dengan doa, shalat dan keikhlasan mereka.” (HR Nasa-i).

Arti ikhlas menjadi syarat diterimanya ibadah

Lantas apa arti ikhlas? Berikut ini pengertian ikhlas, sebagaimana kisah Abu Dzar:

Suatu ketika, Abu Dzar berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ikhlas, apakah ikhlas itu?

Maka beliau menjawab: “Akan aku tanyakan dulu hal itu kepada jibril.”

Rasulullah pun bertanya kepada Jibril tentang apa itu ikhals. Lalu Jibril menjawab: “Akan aku tanyakan dulu kepada Mikail.

Lalu Mikail menjawab: “Aku akan bertanya dahulu kepada Rabbul ‘izzah. Kemudian Mikail bertanya kepada Allah Swt.”

Maka Allah Swt menjawab:

Ikhlas adalah rahasia dari rahasia-rahasia-Ku yang Aku taruh dalam hati orang yang Aku kehendaki dari hamba-hamba-Ku.”

Sedangkan arti ikhlas menurut sufi, seperti disampaikah Syekh Junaid bahwa ikhlas adalah membersihkan amal dan kotoran amal. Sementar itu menurut Sayyid Abu Bakar bin Sayyid Muhammad Syatha ad-Dimyathi:

Ikhlas ialah apabila tujuan manusia dalam semua amal ibadah-Nya melulu hanya pendekatan diri kepada Allah Swt.”

Lain lagi menurut Imam Al- Ghazali, menurut beliau Ikhlas yaitu melakukan segala sesuatu dengan disertai niat untuk mendekatkan diri kepada Allah dari segala bentuk ketidakmurnian selain taqarub illallah.

Syekh Ibnu Atha’Illah dalam maqolah kitab Al-Hikam bab tentang amal dan ikhlas menyampaikan:

الاَعمالُ صوَرٌ قاءمة ٌ وَارواحُها وجودُ سِرِّ الاخلاصِ فيها

 “Amal itu semata bentuk-bentuk yang tampil, adapun roh-roh yang menghidupkannya adalah terdapatnya rahasia ikhlas dalam amal perbuatan itu.”

Makna dari maqolah tersebut yakni bahwa ikhlas adalah gerakan badannya secara batin atau hati. Sedangkan amal digambarkan sebagai jasadi atau tubuh. Sebagaimana Allah Swt berfirman:

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ

 “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas)  kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Ikhlas menjadi syarat diterimanya amalan ibadah, namun ikhlas itu bertingkat sesuai dengan perbedaan orang yang beramal.