Profil dari aspek pendidikan rumah tangga miskin dirinci lagi berupa tingkat pendidikan kepala rumah tangga. Secara umum, semakin tinggi tingkat pendidikan yang berhasil ditamatkan kepala rumah tangga miskin, maka semakin sedikit jumlah rumah tangga miskinnya. Menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang berhasil ditamatkan maka semakin kecil kemungkinan rumah tangga tersebut miskin.
Pendidikan terakhir kepala rumah tangga miskin SD dan tidak tamat SD masih mendominasi. Akumulasi dari persentase kepala rumah tangga tamatan SD dan tidak tamat SD mencapai 73,54 persen per tahun 2019. Sementara itu, kepala rumah tangga dengan pendidikan terakhir SLTA mencapai 11,12 persen dan Perguruan Tinggi mencapai 1,15 persen.
Masih adanya kepala rumah tangga miskin dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi juga menjadi kekhawatiran tersendiri karena dengan pendidikannya ternyata belum mampu mengentaskan keluarganya dari kemiskinan. Terlebih, persentase ini memiliki tren yang terus meningkat sejak tahun 2005 meski nilainya relatif kecil.
Pendidikan Kepala Rumah Tangga Miskin (%)
Dari aspek ketenagakerjaan, umumnya rumah tangga miskin menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Mencapai hampir separuhnya, yaitu sebesar 49,41 persen pada 2019. Selama 15 tahun berjalan, hampir separuh dari rumah tangga miskin penghasilan utamanya berasal dari sektor pertanian. Bahkan pada tahun 2009 sempat mencapai 64,65 persen.
Sumber Penghasilan Utama Kepala Rumah Tangga (%)
Sementara itu, jumlah rumah tangga miskin yang mendapatkan penghasilan utama dari sektor industri sangat rendah. Tahun 2019 hanya mencapai 6,51 persen rumah tangga miskin.
Sementara itu, persentase rumah tangga miskin yang tidak bekerja tercatat cukup tinggi, dengan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2019 mencapai 14,02 persen. Kelompok ini perlu perhatian yang lebih besar, mengingat akan kesulitan bertahan hidup dalam jangka panjang tanpa sumber pendapatan.
BPS membuat berbagai macam indikator tambahan untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga miskin, sekaligus bisa menjadi rujukan awal rekomendasi kebijakan. Sebagai contoh, gambaran tempat tinggal rumah tangga miskin dan fasilitasnya, seperti: jenis lantai dan luas lantai per kapita, dinding, atap, sumber air bersih, dan kepemilikan jamban. Aspek semacam ini tentu perlu konteks wilayah dengan ragam budaya dan kebiasaannya.
| Seri tulisan Kemiskinan lainnya: |
|---|
| Bagian Satu Bagian Dua Bagian Tiga Bagian Empat Bagian Lima Bagian Tujuh |
Kontributor: Awalil Rizky
Editor: Ananta Damarjati



